Curhatan Petugas Safari Wukuf Dalam Menangani Jamaah Haji Lansia

Makkah – 1miliarsantri.net : Pelaksanaan Ibadah haji telah selesai setelah dilakukan nya Wukuf di Arafah. Banyak kisah suka dan duka yang dialami para jamaah haji selama menjalankan Rukun Islam ke-5 di kota suci ini.
Namun di balik sukses rangkaian ibadah haji tersebut, ada nama yang tidak boleh dilupakan. Mereka adalah Dokter Leksmana dari RSPAD dan Rudiyanto, perawat RS Haji Jakarta. Dua sosok inilah patut dijupuki sebagai pahlawan wukuf jamaah haji lansia.
“Kami diminta mendampingi jamaah lansia dan mereka yang berkebutuhan khusus untuk safari wukuf. Kami mendapat briefing singkat jelang puncak haji. Ketika jamaah datang, kami kaget dengan kondisi mereka, lansia dengan beragam permasalahan (kesehatan) nya,” terang dr Leks, panggilan akrab dr Leksmana kepada media, Senin (03/07/2023).
Tentu ini bukan tugas mudah. Tidak semata karena lansia yang harus diurusnya, tapi tugas ini juga menuntut dedikasi, komitmen, dan pengorbanan yang besar juga. Tahun ini adalah kesempatan pertama dr. Leks tergabung sebagai petugas haji.
Ini juga menjadi kesempatan perdananya untuk menunaikan ibadah haji. Berat awalnya, karena hanya bisa bersafari dalam momen wukuf di Arafah, serta harus melewatkan kesempatan mabit (menginap) di Muzdalifah.
Namun, semua itu harus diambilnya karena tugas yang diamanahkan harus diemban dan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Terbayang, ceramah para pembimbing ibadah, tentang kisah Rasululah SAW yang mengizinkan pamannya, Al-Abbas bin Abdul Muttalib untuk tidak bermalam di Mina karena beliau punya tugas memberi minum dan air di kota Makkah.
“Karena ini sudah menjadi tugas kami, ya kami siap saja. Kami mendapat tugas untuk melayani jamaah lansia di momen puncak haji, kami laksanakan. Haji mabrur urusan Allah. Mudah-mudahan apa yang kami laksanakan mendapat ridla Allah,” imbuhnya.
Tim safari wukuf terdiri atas beberapa unsur. Selain dokter dan perawat yang tergabung di PKP3JH, ada pembimbing ibadah dan petugas layanan lansia. Mereka tinggal di hotel transit guna melayani jamaah lansia sejak 26 Juni – 1 Juli 2023.
“Kami tempatkan para lansia itu di kamar masing-masing. Kami lalu menggelar rapat koordinasi antar petugas layanan untuk menyusun program yang harus dilakukan,” ujarnya.
“Para lansia butuh diayomi dan ditemani, tidak bisa dibiarkan. Maka kami membuat program untuk mereka. Alhamdulillah kita laksanakan dan dapat membantu jamaah lansia,” kenangnya.
dr Leks mencontohkan kisah salah satu jamaah lansia, Zainal Arifin (nama samaran). Dia datang dengan sikap apatis dan low impact. Sehari-hari hanya di tempat tidur, mengisolasi diri. Bahkan, tidak jarang, Kakek Zainal buang kotoran di tempat tidurnya.
“Ini kita rawat dan dampingi. Kita suapin makannya, kita ajak bicara, kita ajak ikut senam pagi dan ibadah bersama. Alhamdulillah, lama-lama timbul kemauan untuk berinteraksi yang baik. Banyak jemaah yang ketika baru datang kondisnya begitu, saat pulang komunikasinya bagus, makannya oke, dan bisa bercanda,” ujarnya.
Dr Leks menambahkan, kebersamaan selama beberapa hari cukup berkesan dan menganggap mereka sebagai keluarga dan mereka juga menganggap sebagai anak. Para petugas melayani jamaah lansia, ajak makan dan bicara.
“Mereka ingin didengar. Kami dampingi dan ajak mereka berinteraksi, selain memberikan layanan kesehatan juga psikologi,” sambungnya.
Hal senada dikisahkan Rudiyanto, perawat RS Haji Jakarta yang tergabung dalam PKP3JH. Menurutnya, sejak awal ikut seleksi dan diberi amanah menjadi petugas, dia menegaskan komitmennya untuk berkhidmah melayani jamaah haji.
“Allah berkehendak lain. Ada 10 tim PKP3JH di mana ada 6 perawat di dalamnya, mendapat tugas khusus merawat lansia. Sebelumnya, kami bertugas di Seksus Haram hingga 12 jam, bahkan saat peralihan sift bisa sampai 18 jam. Tapi itu memang tugas sehingga kami tidak keberatan,” sebutnya.
“Basic saya adalah perawat, pernah mempelajari masalah penanganan lansia. Alhamdulillah itu bisa menjadi modal,” sambungnya.
Rudy, panggilan akrabnya, bercerita tentang tugas yang harus dilakukan tim safari wukuf jamaah lansia dan disabilitas. Mereka harus memandikan jamaah yang memang sudah tidak bisa melakukannya secara mandiri. Mereka juga menyuapi makannya, membersihkan semuanya, mulai dari pakaian hingga kamar dan lainnya.
“Ada yang datang tidak membawa pakaian kecuali yang dikenakan. Untung PPIH siapkan kerudung dan mukena. Mereka sangat senang saat semua perangkat yang ada dikasihkan ke mereka. Bahkan, saking senangnya, mereka mau kasih uang, tapi kita tidak menerima dan menjelaskan bahwa semua ini adalah tugasnya,” kenangnya.
Rudy mengaku sejak awal kedatangan, dirinya juga memberikan perhatian khusus kepada Pak Zainal (91 tahun) karena mengalami dehidrasi berat. Jamaah lansia itu dikasihnya elektrolit, disuapi makan, meski hanya sesuap – dua suap.
“Saya mandikan. Kadang BAB nya ke mana-mana. Alhamdulillah, fase itu sudah terlewati semua,” ucap Rudy.
“Kami sangat emosional saat berpisah. Karena kedekatan yang sudah terjalin. Meski singkat, tapi ini mengikat kedekatan,” sambungnya dengan mata berkaca.
Selain memandikan serta membersihkan kamar dan pakaian, lanjut Rudy, tim Safari Wukuf juga harus mengenakan rutin mengganti panpers lansia. Selain itu, mereka punya program sarapan bersama. Giat bersama ini penting untuk menumbuhkan semangat bersosialisasi. Tim Safari Wukuf juga menggelar senam lansia.
“Kebetulan di Hotel 409 ada petugas dengan basic psikioterapis. Kami gelar senam lansia dan ini cukup memupuk kebersamaan,” katanya.
Program lainnya adalah ibadah bersama, terutama saat Magrib dan Isya. Setelah itu, disampaikan tausiah oleh pembimbing ibadah, Ustad Khalilurrahman. Makan malam juga digelar bersama.
Sebanyak 129 jamaah lansia dan disabilitas ini dibawa dengan lima bus dan satu coaster pada 9 Zulhijah 1444 H atau 27 Juni 2023. Mereka didampingi 55 petugas untuk menjalani safari wukuf di Padang Arafah.
Setelah itu, mereka kembali ke hotel transit. Untuk ibadah lontar jumrah, pelaksanaannya diwakilkan oleh tim Safari Wukuf dan sebagian yang lain diwakilkan oleh petugas kloter.
Sementara Tawaf Ifadlahnya diwakilkan oleh tim petugas kloter sekembalinya mereka ke kloternya masing-masing.
“Intinya kita sering kumpulkan mereka untuk diajak bicara. Mereka butuh perhatian. Kami coba beri sentuhan dengan hati ikhlas. Sehingga mereka merasakan getarannya dan terasa juga buat kami. Mereka menetaskan air mata, menyampaikan terima kasih dan saling mendoakan,” tutupnya. (dul)