Masjid Kuno Ini Seluruh Bangunan Terbuat Dari Lumpur

Mali – 1miliarsantri.net : Bisa dibayangkan jika ada yang seluruh bangunan nya terbuat dari lumpur dan sudah berdiri ribuan tahun lamanya. Tentu saja bangunan tersebut menjadi unik dan menarik. Masjid Agung Djenne namanya, terletak di Mali. Kehadiran masjid ini menjadi bangunan terunik di dunia. Dari depan saja, bangunan seperti sebuah istana pasir.

Pada bagian depan, ada bangunan seperti benteng dengan bentuk unik. Di atap terlihat kubah kecil yang melambangkan jika lokasi tersebut adalah masjid. Hebatnya lagi, bangunan itu bisa berdiri ratusan tahun lamanya.

Salah satu rahasia masjid tersebut bisa bertahan ratusan tahun adalah masyarakat setempat rutin merestorasi masjid setiap tahun. Seperti pada Rabu (7/6/2023) lalu. Ribuan orang berkumpul untuk memasang kembali tembok Masjid Agung Kota Djenné.

Terlihat masyarakat merenovasi masjid dengan banco (campuran tanah, air, bekatul, shea butter, dan bubuk baobab). Banco melindungi bangunan dari erosi, yang disebabkan oleh hujan lebat, dan retakan serta retakan yang disebabkan oleh cuaca panas.

Masjid Agung Djenne ditemukan sekitar abad 800 dan 1250 C.E, dan menjadi pusat perdagangan, dan pembelajaran Islam, di mana sudah dimulai sejak abad ke-19. Setelah itu, Masjid Agung menjadi salah satu bangunan terpenting di kota, karena menjadi simbol bagian penduduk lokal, dan kekuatan kolonial Prancis yang menguasai Mali di Tahun 1892.

Selama berabad-abad lamanya, masjid agung sudah menjadi sentral kehidupan budaya, serta agama di Mali dan juga komunitas Djenne. Berdasarkan legenda, masjid agung di abad ke 13 ketika Raja Koi Konboro memutuskan untuk menggunakan material lokal, dan teknik desain tradisional untuk membuat tempat ibadah muslim.

Raja Konboro kemudian menambahkan dua menara di masjid yang dipagari dengan sebuah dinding. Fondasi kokoh dari masjid rupanya bisa bertahan selama beratus tahun lamanya.

Seorang penjelajah bernama Rene Caillie menulis kisah pembangunan masjid Agung tersebut dalam catatan Journal d’un Voyage yang mengisahkan perjalanannya ke Djenne di tahun 1827. Dia pun menjadi saksi satu-satunya yang pernah melihat monumen tersebut sebelum hancur.

Di dalam buku jurnalnya ia menggambarkan jika kondisi buruk, dan kurangnya perawatan membuat masjid meleleh ketika musim hujan karena peralihan musim yang membuat bangunan bagian luar mudah meleleh oleh sebab itu dibutuhkan plesteran untuk menjaga bangunan.

Berdasarkan deskripsi Rene, kunjungannya bertepatan dengan periode ketika masjid tersebut belum diplester ulang selama beberapa tahun, dan beberapa musim hujan mungkin telah menghilangkan semua plester.

Masjid kedua yang dibangun antara 1834 dan 1836 menggantikan bangunan asli dan rusak yang digambarkan oleh Rene. Bisa dilihat bukti konstruksi ini di foto jurnalis Prancis Felix Dubois. Pada 1896, tiga tahun setelah penaklukan Prancis di kota tersebut, Felix kemudian membuat sebuah rencana masjid berdasarkan survei reruntuhannya.

Mengutip khanacademy, sekarang dan ketiga dari Masjid Agung selesai pada 1907. Beberapa ilmuwan berpendapat, orang Prancis membangunnya selama masa pendudukan kota mereka mulai 1892.

Namun, tidak ada dokumen kolonial yang mendukung teori ini. Sebuah penelitian baru meyakini jika masjid dibangun karena hasil kerja buruh paksa dari pedesaan. Namun, bangunan sungguh cantik, dan sudah menjadi salah satu warisan dunia dari UNESCO pada 1988. (fq)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *